Oleh:Ahmad Fauzi Mulliji
Sekertaris Umum PK PMII IAIN Pontianak
(Tulisan ini juga di mmuat di Buletin Pergerakan PMII IAIN Pontianak Edisi Pertama)
(Tulisan ini juga di mmuat di Buletin Pergerakan PMII IAIN Pontianak Edisi Pertama)
“Kita
butuh Islam ramah, bukan Islam marah”, demikian ungkapan yang seringkali kita
dengar yang konon dinisbatkan kepada Almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid atau
yang akrab di sapa Gus Dur. Hal ini tentu sangat releven kembali kita angkat
mengigat banyak sekali permasalahan yang menjadi tantangan serius umat Islam
akhir-akhir ini, mulai dari persoalan maraknya gerakan radikalisme atas nama
agama hingga persoalan Charlie Hebdo yang kembali melakukan penghinaan
terhadap simbol-simbol agama khususnya Islam yang terjadi baru-baru ini.
Pertama,
persoalan maraknya terorisme atau gerakan-gerakan radikal atas nama agama
seperti gerakan Islamic State of Iraq and Syria ( ISIS ) yang ingin mendirikan sebuah
negara Islam atau Khilafah Islamiyah di Iraq dan Suriah dan Al-Qaeda,
yang seringkali melakukan teror di mana-mana. Tentu hal ini sangat mengganggu
mengingat mereka mencoba membawa simbol-simbol agama dalam hal ini Islam demi
mewujudkan sebuah tujuan seperti mendirikan negara atau Khilafah Islamiyah.
Sehingga tak heran, mereka seringkali melakukan propaganda baik melalui media
cetak maupun elektronik untuk mencari dukungan kaum Muslimin
sebanyak-banyaknya, bahkan di beberapa daerah tertentu mereka telah melakukan
berbagai gerakan subversif atau pemberontakan terhadap sebuah negara sepert
yang terjadi di Irak dan Suriah akhir-akhir ini. Mereka tak segan melakukan
tindakan-tindakan kekerasan serta pembunuhan masal terhadap orang-orang yang
tidak sepaham dengan mereka. Persoalan
radikalisme dan teorirsme yang membawa simbol agama dalam hal ini sedikit
banyak membawa dampak negatif bagi umat Islam khususnya di negara-negara
minoritas Muslim. Ada anggapan bahwa Islam merupakan agama yang penuh dengan
kekerasan serta ancaman sebagaimana yang mereka lihat saat ini. Sehingga tak
heran jika Islamophobia di negara-negara Minoritas Muslim semakin
meningkat.
Kedua,
kasus Charlie Hebdo yang lagi-lagi melakukan tindakan penghinaan
terhadap simbol-simbol agama dengan menampilkan kartun Nabi Muhammad SAW dalam
beberapa edisi terbitannya dengan dalih kebebasan pers dan ekspresi berfikir.
Majalah satir asal Prancis ini memang seringkali melakukan hal-hal
kontroversial yang tak pelak menimbulkan kecaman banyak orang, mulai dari unjuk
rasa besar-besaran sebagai bentuk solidaritas mengutuk tindakan yanng dilakukan
majalah tersebut hingga tindakan
penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap kantor berita majalah
yang menelan korban jiwa. Tindakan ini tentu kembali mengingatkan kita pada
kasus yang sama yang pernah dilakukan oleh Majalah Jyland Posten asal
Denmark beberapa tahun yang lalu.
Dua
persoalan ini memang tampak beda, namun penulis berusaha untuk menggali benang
merah dari dua persoalan di atas yang menurut hemat penulis terletak pada
tuntutan bagaimana seharusnya respon
terhadap masing-masing persoalan tersebut
Pertama,
kita perlu kembali pada nilai serta ajaran Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin,
ajaran Islam yang menjadi rahmat sebagian alam tidak hanya bagi umat Muslim
tapi juga Non Muslim sebagaimana fimann Allah SWT dalam QS Al-Anbiya:107 yang
artinya “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam”. Tenu kalau kita kaitkan dengan persoalan di atas
maknanya adalah Umat Islam hendaknya menampilkan ajaran serta nilai-nilai Islam
yang dapat memberikan rahmat serta kesejahteraan bagi makhluk di sekitarnya,Islam
yang memberikan rasa aman dan damai, bukan malah sebaliknya menciptakan rasa
tidak aman apalagi kebencian melalui tindakan kekerasan sebagaimana yang
dilakukan oleh sebagian kecil kelompok-kelompok radikal baru-baru ini.
Kedua,
tindakan “kekerasan” dalam hal apapun tidaklah di benarkan, apalagi menyangkut
nyawa orang-orang yang tidak berdosa. Tentu hal ini bukanlah jalan satu-satunya
untuk merespon tindakan yang dilakukan terhadap kita sebagai Umat Islam
sebagaimana Majalah Charlie Hebdo yang menghina simbol serta identitas
Islam. Hal ini tentu bukan berarti kita menyetujui perbuatan serta tindakan
mereka, Kita justru mengutuk keras tindakan mereka dengan alasan apapun.
Kita
lihat bagaimana dalam sejarah ketika Nabi SAW di hina dan di caci maki oleh kalangan
kafir Quraisy di Thaif, Nabi malah justru mendoakan mereka dengan doa “Ya
Allah, berilah petunjuk/hidayah kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak
mengetahui”. Hal yang dilakukan Nabi SAW tersebut di atas mengindikasikan
bahwa tindakan kekerasan bukanlah satu-satunya solusi untuk merespon sebuah
persoalan , justru malah menimbulkan persoalan baru.
Akhirnya,
marilah kita kembali bersaa mengkaji serta membumikan nilai-nilai Islam yang Rahmatan
Lil “Alamin, Islam yang penuh dengan kedamaian dan ketenraman sebagaimana
yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang tidak menjadikan kekerasan sebagai
alternatif untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan demikian kita berharap bahwa
dakwah Islam mampu diterima oleh semua kalangan dan anggapan negatif terhadap
Islam dan Kaum Muslimin selama ini dapa di minimalisir ***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar